Bumi berdenyut setiap 26 detik, namun seismolog sepertinya tidak sepakat mengenai alasannya!

Setidaknya sejak awal tahun 1960an, denyut misterius ini telah didokumentasikan di berbagai benua.

Pernahkah Anda bertanya-tanya apakah Bumi memiliki detak jantungnya sendiri? Ya, ternyata memang demikian. Setiap 26 detik, denyut halus, yang dikenal sebagai “mikroseisme”, bergema di kerak bumi. Fenomena ini telah membuat penasaran para seismolog selama beberapa dekade, namun penyebabnya masih menjadi misteri. Lantas, apa penyebab denyut bumi?

Bumi berdenyut setiap 26 detik
Denyut nadi, juga dikenal sebagai 'mikroseisme' pertama kali ditemukan pada tahun 1960an oleh peneliti Jack Oliver di Lamont-Doherty Geological Observatory. iStock

Penemuan denyut bumi

Pengamatan denyut bumi yang pertama kali didokumentasikan dimulai pada awal tahun 1960an oleh ahli geologi Jack Oliver. Oliver, seorang pionir dalam penelitian lempeng tektonik, memperhatikan adanya kesalahan berulang pada seismometer, yang menunjukkan aktivitas seismik yang konsisten. Dia menamakan fenomena ini sebagai “mikroseisme” dan berspekulasi bahwa sumbernya mungkin berada di selatan atau khatulistiwa Samudera Atlantik.

Namun, mikroseisme baru mendapat perhatian signifikan pada tahun 2005. Greg Bensen, seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Colorado, Boulder, menemukan hal tersebut sinyal kuat dari sumber yang jauh saat bekerja dengan data seismik. Penemuan ini menggugah rasa ingin tahu para peneliti, sehingga mengarah pada penyelidikan lebih lanjut dan upaya mengungkap penyebab di balik denyut bumi.

Sifat kebisingan seismik

Untuk memahami denyut bumi, pertama-tama kita harus mendalami konsep kebisingan seismik. Kebisingan seismik mengacu pada getaran dan gangguan yang terjadi di dalam kerak bumi, bahkan selama periode yang relatif tenang. Salah satu sumber utama kebisingan seismik adalah energi yang ditransfer dari matahari ke atmosfer bumi, yang menghasilkan angin, badai, arus laut, dan gelombang. Ketika gelombang ini mencapai garis pantai, energinya ditransfer ke daratan sehingga menimbulkan getaran yang dapat dideteksi oleh seismometer.

Menurut Mike RitzwollerMenurut ahli seismologi di University of Colorado, Boulder, kebisingan seismik sebanding dengan ketukan di meja. Dampaknya merusak area di dekat titik kontak, dan getaran ditransmisikan ke seluruh permukaan. Demikian pula, gelombang seismik merambat melalui bumi, sehingga memungkinkan ahli seismologi mempelajari pola-pola ini dan mendapatkan wawasan tentang interior bumi.

Misteri denyut nadi bumi

Meskipun kebisingan seismik selama periode tenang merupakan fenomena yang diketahui, denyut bumi setiap 26 detik masih menjadi misteri. Para peneliti telah berusaha untuk menentukan penyebab pasti dari aktivitas seismik rutin ini, namun konsensus belum tercapai. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa denyut tersebut disebabkan oleh gelombang yang menghantam garis pantai, sementara ilmuwan lain berpendapat aktivitas vulkanik sebagai penyebab potensial.

Gary Holcomb, ahli geologi dari US Geological Survey, melakukan penelitian pada tahun 1980 yang menemukan korelasi antara mikroseisme dan badai. Namun, karyanya, bersama dengan penelitian Jack Oliver sebelumnya, tidak mendapat banyak perhatian pada saat itu, dan pukulan drum seismik yang teratur terus diabaikan.

Teluk Guinea: Lokasi penting

Pada tahun 2005, tim Bensen di Universitas Colorado, Boulder, membuat terobosan dalam penyelidikan denyut bumi. Dengan menganalisis kerlipan dari berbagai sudut, mereka mampu melakukan pelacakan asal usul denyut tersebut ke Teluk Guinea, khususnya wilayah yang dikenal sebagai Teluk Bonny. Daerah ini, di lepas pantai barat Afrika, menjadi titik fokus penelitian selanjutnya.

Bumi berdenyut setiap 26 detik
Teluk Bonny di Teluk Guinea, tempat asal denyut nadi. Wikimedia Commons

Garrett Euler, seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Washington di St. Louis, selanjutnya mempersempit sumber denyut tersebut ke Teluk Bonny. Temuan Euler mendukung teori bahwa denyut tersebut disebabkan oleh gelombang yang menghantam landas kontinen. Saat gelombang menghantam tanah padat di area ini, tekanan tersebut mengubah bentuk dasar laut, menghasilkan gelombang seismik yang mencerminkan aksi gelombang.

Gelombang vs. gunung berapi: Perdebatan terus berlanjut

Meskipun bukti menunjukkan gelombang sebagai penyebab utama denyut bumi, komunitas ilmiah tidak sepenuhnya yakin. Pada tahun 2013, Yingjie Xia dan timnya dari Institut Geodesi dan Geofisika di Wuhan, Tiongkok, mengajukan teori alternatif. Mereka berpendapat bahwa titik asal denyut nadi, yang kebetulan berada di dekat gunung berapi di pulau Sao Tome, meningkatkan kemungkinan aktivitas vulkanik sebagai kekuatan pendorong di balik mikroseisme.

Bumi berdenyut setiap 26 detik
Penjelasan lain menunjuk pada aktivitas vulkanik sebagai kekuatan pendorong di balik mikroseisme. iStock

Mikroseisme serupa yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi dapat diamati di Gunung Berapi Aso di Jepang. Kesamaan ini membuat beberapa peneliti menganggap hipotesis vulkanik sebagai penjelasan yang masuk akal atas denyut bumi. Namun perdebatan terus berlanjut dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya secara pasti.

Pertanyaan tak terjawab

Ketika misteri seputar denyut bumi terus berlanjut, banyak pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa Teluk Bonny memperlihatkan fenomena unik ini sedangkan landas kontinen dan gunung berapi lain di seluruh dunia tidak? Faktor-faktor apa yang berkontribusi terhadap waktu spesifik denyut setiap 26 detik? Teka-teki menarik ini menghadirkan peluang menarik bagi generasi ilmuwan masa depan untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi di bawah kaki kita.

Meskipun studi tentang denyut bumi mungkin tidak sejalan dengan tujuan utama seismologi, ini adalah bidang penelitian menarik yang menyoroti rumitnya cara kerja planet kita. Seperti yang ditegaskan Mike Ritzwoller, masih ada fenomena mendalam dan belum dapat dijelaskan yang menunggu untuk ditemukan. Perjalanan mengungkap misteri denyut bumi terus berlanjut, didorong oleh rasa ingin tahu dan dedikasi para ilmuwan di seluruh dunia.

Pesan terakhir

Denyut bumi setiap 26 detik memikat komunitas ilmiah dengan ritme misterinya. Meskipun telah dilakukan penelitian selama beberapa dekade, penyebab pasti dari mikroseisme ini masih sulit dipahami. Entah itu akibat hantaman ombak di garis pantai atau aktivitas gunung berapi, denyut bumi selalu mengingatkan kita akan kekuatan dinamis yang bekerja. di bawah kaki kita. Ketika para peneliti terus mengeksplorasi fenomena ini, kita hanya bisa berharap bahwa penemuan di masa depan akan membawa kita lebih dekat untuk memahaminya rahasia yang tersembunyi di dalam bumidetak jantungnya yang halus.