Sekelompok ahli menguraikan prasasti kuno Asyur yang menggambarkan badai matahari berusia 2,700 tahun yang terdeteksi oleh para astronom Asyur pada saat itu. Tiga badai matahari besar dijelaskan pada tablet kuno Asyur, menurut para ilmuwan di Universitas Tsukuba Jepang.
Tablet kuno berbicara tentang cahaya merah tua yang aneh di langit. Setelah mengkonfirmasi data, para peneliti menemukan badai matahari yang kemungkinan besar terjadi antara 679 dan 655 SM. Penyelidikan ilmiah juga mencakup tinjauan literatur yang direkam serta analisis radioisotop karbon-14 dari cincin pohon.
Mereka dapat menetapkan bahwa badai magnet matahari ini terjadi pada saat itu dengan melakukannya. Sekitar tahun 1610, para astronom mulai menggunakan teleskop untuk mengamati bintik matahari. Ini adalah area hitam di permukaan matahari yang disebabkan oleh semburan matahari, yang merupakan ledakan tiba-tiba yang melemparkan sejumlah besar energi ke luar angkasa.
Suar matahari dan lontaran massa korona (CME) dapat menghasilkan badai geomagnetik jika diarahkan ke Bumi. Partikel dari Matahari berinteraksi dengan atmosfer bumi saat melewatinya, mengganggu sistem komunikasi, satelit, dan jaringan energi.
“Fenomena cuaca luar angkasa ini merupakan ancaman besar bagi masyarakat modern karena ketergantungan mereka yang meningkat pada infrastruktur elektronik,” kata Hisashi Hayakawa, kepala studi di Universitas Osaka di Jepang. Dengan meneliti radiokarbon di cincin pohon sekitar tahun 775, 993, dan 994 SM, para ilmuwan telah mampu menunjukkan dengan tepat urutan kejadian cuaca luar angkasa sebelum tahun 1610.
Tim Hayakawa berkonsentrasi pada tiga insiden yang tampaknya terjadi sekitar 660 SM. “Peristiwa ini terjadi jauh sebelum munculnya pengamatan instrumental, jauh di luar jangkauan pengamatan luas yang lebih baru,” mereka menyatakan dalam pencarian mereka.
“Sebagai teknik menyimpulkan pola umum badai matahari dan terjadinya EMC, mari kita periksa data aurora di makalah sejarah dari kejadian seperti itu,” kata para peneliti.
“Pada abad kesembilan SM, orang Babilonia dan Asyur mulai melakukan pengamatan astrologi. Pada awal abad ketujuh SM, raja-raja Asyur berkumpul dan belajar bacaan astrologi dari astrolog terampil untuk membedakan makna jahat dari peristiwa langit yang tercatat.”
Tablet tanah liat persegi panjang dengan prasasti menghasilkan data runcing.
Para peneliti mengevaluasi jika ada kejadian yang terkait dengan data ilmiah tentang aktivitas matahari kuno dalam catatan aurora Asyur, dan mereka menemukan tablet runcing yang memuat catatan aurora tertanggal antara 680 dan 650 SM. Tablet ini menggambarkan langit merah muda yang tidak biasa, dengan satu menggambarkan "awan merah muda" dan yang lain menyatakan bahwa "merah muda mendominasi langit."
Deskripsi ini, menurut para ilmuwan, kemungkinan besar adalah hasil dari "busur aurora merah yang stabil." Analisis juga menunjukkan bahwa kutub utara magnet bumi akan lebih dekat ke Timur Tengah daripada sekarang, menyiratkan bahwa peristiwa terkait aktivitas matahari akan dicatat lebih jauh ke selatan.
Para ilmuwan mungkin dapat mengantisipasi kejadian di masa depan jika mereka dapat merekonstruksi aktivitas matahari ratusan tahun yang lalu. Penemuan ini memungkinkan kita untuk merekonstruksi sejarah aktivitas matahari. Penelitian ini dapat membantu kami memperkirakan badai magnetik di masa depan yang dapat membahayakan satelit dan pesawat ruang angkasa lainnya.